Minggu, 22 Desember 2013
Ibuku...
Ini aku dan Ibuku.
Kata banyak orang, serupa tapi tak sama. Karena Ibuku masih terlihat sangat cantik di usianya yang menginjak 57 tahun.
Yaa...dialah Ibuku.
Perempuan hebat yang ada dalam jiwaku.
Perempuan tangguh yang selalu menyenangkan hatiku.
Perempuan tersabar yang paling mengasihiku.
Dialah Ibuku. Penyemangatku, sumber inspirasi dalam hidupku, panutanku, dan contohku.
Ibuku pekerja. Ibuku seorang Guru.
Ibu selalu mengajariku tentang bagaimana seorang perempuan harus mampu menjadi seorang ibu dan istri yang baik, sekaligus menjadi dirinya sendiri. Ibu selalu mengajariku, bahwa perempuan harus mandiri, kuat, dan jangan pernah menjadi orang yang lemah. Dan ibu buktikan itu semua, tanpa lelah ibu bekerja dengan sungguh-sungguh, dan tanpa lelah pula mengurus anak dan suami. Setiap pagi, ibu harus bangun lebih pagi dari aku, hanya untuk menyiapkan segala macam urusan anak-anaknya, dari urusan sarapan sampai urusan sekolah. Saat aku berangkat sekolah, ibuku pun berangkat mengajar. Sepulangnya, ibuku tanpa lelah masih mengurus segala hal tentang rumah, mengantarkan aku les, dan menemaniku belajar. Semuanya ibu lakukan tanpa lelah, apalagi mengeluh.
Sepanjang usiaku saat ini, tak pernah sekalipun aku mendengar Ibuku mengeluhkan soal aku. Bahkan saat aku menyakiti hati Ibu, dan Ibu selalu memaafkanku, menasehatiku dengan sabar, dan mau mendengarkan segala ocehanku.
Kadang aku malu dengan ibu. Karena aku masih sering mengeluh tentang pekerjaanku, tentang lelahnya mengurus anak dan suami, tentang susahnya menjadi perempuan kuat seperti ibuku. Kalau ku kalkulasi dengan angka, 10 tahun aku mengurus anak, keluhannya serasa 50 tahun. Aku juga kadang malu, kalau saat-saat tertentu aku malas memasak untuk anakku. Dulu hingga sekarang, sekalipun ibuku tidak pernah terlambat menyiapkan segala macam makanan untuk anak-anaknya. Padahal kutahu, ibuku sudah lelah karena bekerja.
Dan banyak hal lain yang membuatku malu, kalau aku ingat kehebatan ibuku.
Bahkan sampai detik ini aku tidak bisa memberi apa-apa untuk ibuku. Tapi selalu ibu bilang, ibu tidak meminta apa-apa, ibu hanya bisa mendoakan anak-anak ibu selalu mendapatkan yang terbaik dalam hidup. Ya...Ibuku selalu memberi apa saja yang aku butuhkan, dan aku inginkan.
Ibuku contoh untukku. Semampuku aku menerapkannya.
Kesabaran, ketabahan, kekuatan, selalu mendoakan anak-anaknya, semuanya sempurna di mataku.
Dan doaku kepada Tuhan untuk Ibuku,
"Sempurnakan selalu kebahagiaan Ibuku, saat ini, nanti, dan kelak.
Karena tanganku tidak akan mampu membalas segala cinta dan kasih Ibuku.
Hanya Engkau lah yang bisa memberikan segala apa yang Ibu butuhkan saat ini.
Kabulkanlah doa seorang anak Ibuku ini, ya Allah.
Amin..."
Ibu, engkau perempuan sempurna dan terhebat.
Aku bangga menjadi anakmu, Ibu.
Selalu aku merindukanmu, Ibu.
Selamat Hari Ibu ya Ibuku....
Sabtu, 21 Desember 2013
Secangkir cokelat panas dan Kebahagiaan lain yang mengikutinya....
Pagi ini begitu dingin
dan kumerindukan secangkir cokelat panas
bersamamu.
Bisa jadi secangkir cokelat panas itu adalah minuman biasa. Tapi tidak untukku.
Sepanjang usiaku, tidak pernah sekalipun aku menyukainya. Aku memilih segelas kopi hitam atau secangkir kopi mix sebagai teman yang menghangatkanku.
Tapi itu tidak lagi terjadi. Sejak secangkir cokelat panas itu mampir di mejaku, yang kamu bawakan untukku di pagi itu.
Niatmu bukan apa-apa, hanya menawarkan alternatif minuman hangat selain kopi kesukaanku, saat perutku tidak sedang kompromis denganku. Begitu katamu. Dan kamu berhasil membujukku, dengan sedikit "paksaan" menurutku, agar aku mau mengganti kopiku dengan secangkir cokelat panas.
Dan ternyata, aku menikmatinya. Cokelat panas itu mampu membuat perutku kembali bersahabat denganku. Dan bukan hanya itu, tawaran cokelat panas itu ternyata mampu membuatku menerima penawaran ketenangan dan kenyamanan yang lain darimu. Aku sangat menikmatinya. Sungguh. Secangkir cokelat panas ini telah menjadi candu baru untukku.
Kamu...pembawa cokelat panas untukku.
Akhirnya mampu membawakan satu kisah bahagia lain untukku.
Dan cokelat panas itu sebagai penanda tumbuhnya kerinduan yang datangnya tiba-tiba.
Kini aku tidak hanya mencandu cokelat panas itu. Aku telah mencandumu.
Rasanya secuil saja sudah cukup untukku dan untukmu. Untuk KITA.
Aku ingin menjadi lebih baik karena KITA ada.
Aku ingin bermanfaat karena KITA ada.
Dengan secangkir cokelat panas, dan dalam ruang yang terbatas ini,
bahagia itu kuciptakan sendiri.
Terima kasih,
telah menghidupkan kebahagiaanku yang lain.
Tidak akan aku berharap lebih.
Hanya memintamu untuk selalu hadir,
membawaku pada secangkir cokelat panas yang lain,
di setiap hari-hariku...
Lombok, 21122013
01.00 WITA
dan kumerindukan secangkir cokelat panas
bersamamu.
Bisa jadi secangkir cokelat panas itu adalah minuman biasa. Tapi tidak untukku.
Sepanjang usiaku, tidak pernah sekalipun aku menyukainya. Aku memilih segelas kopi hitam atau secangkir kopi mix sebagai teman yang menghangatkanku.
Tapi itu tidak lagi terjadi. Sejak secangkir cokelat panas itu mampir di mejaku, yang kamu bawakan untukku di pagi itu.
Niatmu bukan apa-apa, hanya menawarkan alternatif minuman hangat selain kopi kesukaanku, saat perutku tidak sedang kompromis denganku. Begitu katamu. Dan kamu berhasil membujukku, dengan sedikit "paksaan" menurutku, agar aku mau mengganti kopiku dengan secangkir cokelat panas.
Dan ternyata, aku menikmatinya. Cokelat panas itu mampu membuat perutku kembali bersahabat denganku. Dan bukan hanya itu, tawaran cokelat panas itu ternyata mampu membuatku menerima penawaran ketenangan dan kenyamanan yang lain darimu. Aku sangat menikmatinya. Sungguh. Secangkir cokelat panas ini telah menjadi candu baru untukku.
Kamu...pembawa cokelat panas untukku.
Akhirnya mampu membawakan satu kisah bahagia lain untukku.
Dan cokelat panas itu sebagai penanda tumbuhnya kerinduan yang datangnya tiba-tiba.
Kini aku tidak hanya mencandu cokelat panas itu. Aku telah mencandumu.
Rasanya secuil saja sudah cukup untukku dan untukmu. Untuk KITA.
Aku ingin menjadi lebih baik karena KITA ada.
Aku ingin bermanfaat karena KITA ada.
Dengan secangkir cokelat panas, dan dalam ruang yang terbatas ini,
bahagia itu kuciptakan sendiri.
Terima kasih,
telah menghidupkan kebahagiaanku yang lain.
Tidak akan aku berharap lebih.
Hanya memintamu untuk selalu hadir,
membawaku pada secangkir cokelat panas yang lain,
di setiap hari-hariku...
Lombok, 21122013
01.00 WITA
Jumat, 29 November 2013
Urusan Kita Belum Selesai....!!!
Tidak terasa telah lebih dari 40 hari, sejak 12 Oktober, adikku, tepatnya adik sepupu suamiku, meninggalkan ku dan keluarga besarku selamanya.
Dia Fikri Dolasmantya Surya, biasa kami panggil Dias.
Dia anak baik, Insya Allah, tempat terbaik di sisi Allah akan dia dapatkan. Amiin...
Tetapi kami semua kehilangannya.
Terutama Om Cing dan Bibi Us, yang kehilangan putra satu-satunya, di saat usianya yang masih teramat muda. Semoga mereka diberikan keikhlasan yang terluas dengan ujian yang berat ini. Amin...
Dan selama ini aku dan keluargaku diam.
Diam kami, karena kami ingin hati kami tenang dan belajar tentang keikhlasan menerima kepergian adik kami. Selama ini kami memupus semua pertanyaan yang tersisa dalam otak kami, tentang apa yang sebenenarnya terjadi saat itu. Kami mencoba untuk tetap meyakinkan diri kami dan semua pihak yang mempertanyakan peristiwa itu, bahwa yang terjadi adalah takdir semata, yang tidak perlu diperdebatkan lagi.
Tetapi kenapa saat kami telah mulai tenang dan ikhlas diantara kegundahan kami, tiba-tiba kami tersentak dan akhirnya memutar memori pedih tentang Dias kembali, setelah ada berita di satu media online, seputarmalang.com, 27 november kemarin.
Satu pertanyaan dan permintaan besar kami, kepada seluruh civitas akademika planologi ITN Malang, jawab kami dengan jujur, apa yang sebenarnya terjadi dengan adik kami ? Apa sebenarnya yang terjadi saat kalian melakukan kegiatan "Kemah Bakti Desa" untuk mahasiswa baru seperti adik kami ? Itu saja !!!
Berita itu menyakitkan kami. Berita itu menguak kembali luka hati kami.
Berita itu membuat kami harus berusaha keras untuk tetap mendinginkan kepala.
Jikalau benar apa yang terjadi seperti apa yang ada dalam berita itu, kami terutama aku sebagai pribadi, merasakan sakit dan kecewa, bahkan marah. Dunia pendidikan kembali tercoreng, atas perilaku mahasiswa yang tidak beradab, yang didukung dengan para pengajar yang tidak bertanggung jawab. Semestinya para dosen itu tidak hanya mengajar, mengejar proyek, jadi konsultan, mencari sampingan. Tugas mereka itu mendidik !!!!
Lalu apa sebenarnya efek "kemah bakti desa", orientasi maba, ospek, atau apapun namanya, untuk para mahasiswa baru ? Dengan beragam kekonyolan "tugas", kekerasan fisik dengan dalih disiplin dan menguatkan mental mahasiswa baru, yang di skenariokan para mahasiswa yang mengaku lebih senior ? Lantas apa mereka yang merasa lebih senior, telah berhasil disiplin ? Kuat mental ? Kuat fisik ? Tapi ternyata otak mereka kosong !!!!
Untukku, yang pernah menjadi mahasiswa, dan sekarang sudah bekerja, segala macam bentuk kegiatan itu tidak ada manfaatnya sama sekali. Sekeras-kerasnya aku bekerja, tidak lebih keras dari kegiatan para mahasiswa itu. Yang dibutuhkan pekerjaan adalah ilmu. Kecerdasan pola pikir dan manajemen. Bukan fisik.
Sungguh, saat ini mereka telah menjadi orang yang buta dan bodoh. Tidak pernah bisa belajar dari apa yang sudah terjadi.
Ingatlah para mahasiswa, kalian itu siswa yang maha. Sudah semestinya kalian mengolah pola pikir, bukan pola fisik. Belajarlah untuk malu, saat kalian sudah mulai disorot karena kemunduran berpikir dan berperilaku. Ubah cara kalian memandang sesuatu di lingkungan kalian. Bukan persoalan membalas dendam. Sudah saatnya kalian harus berani memotong mata rantai perilaku yang buruk di lingkungan kalian, termasuk perilaku yang biasa untuk mengospek para mahasiswa baru.
Dan bagi para dosen, fokuslah pada apa yang seharusnya kalian lakukan sebagai pendidik bukan sekedar pengajar. Banyak orang pintar dalam mengajar, tetapi hanya sedikit orang yang cerdas dalam mendidik.
Sesederhana itu, mestinya kita semua mampu melakukannya.
Dan urusan kita belumlah selesai...!!!!!
Dan untukmu, adikku, berbahagialah kamu di sana. Tenanglah, karena kami semua akan bisa menyelesaikan apa yang semestinya kamu dapatkan. Doaku selalu menyertaimu, dek Dias....
Dia Fikri Dolasmantya Surya, biasa kami panggil Dias.
Dia anak baik, Insya Allah, tempat terbaik di sisi Allah akan dia dapatkan. Amiin...
Tetapi kami semua kehilangannya.
Terutama Om Cing dan Bibi Us, yang kehilangan putra satu-satunya, di saat usianya yang masih teramat muda. Semoga mereka diberikan keikhlasan yang terluas dengan ujian yang berat ini. Amin...
Dan selama ini aku dan keluargaku diam.
Diam kami, karena kami ingin hati kami tenang dan belajar tentang keikhlasan menerima kepergian adik kami. Selama ini kami memupus semua pertanyaan yang tersisa dalam otak kami, tentang apa yang sebenenarnya terjadi saat itu. Kami mencoba untuk tetap meyakinkan diri kami dan semua pihak yang mempertanyakan peristiwa itu, bahwa yang terjadi adalah takdir semata, yang tidak perlu diperdebatkan lagi.
Tetapi kenapa saat kami telah mulai tenang dan ikhlas diantara kegundahan kami, tiba-tiba kami tersentak dan akhirnya memutar memori pedih tentang Dias kembali, setelah ada berita di satu media online, seputarmalang.com, 27 november kemarin.
Satu pertanyaan dan permintaan besar kami, kepada seluruh civitas akademika planologi ITN Malang, jawab kami dengan jujur, apa yang sebenarnya terjadi dengan adik kami ? Apa sebenarnya yang terjadi saat kalian melakukan kegiatan "Kemah Bakti Desa" untuk mahasiswa baru seperti adik kami ? Itu saja !!!
Berita itu menyakitkan kami. Berita itu menguak kembali luka hati kami.
Berita itu membuat kami harus berusaha keras untuk tetap mendinginkan kepala.
Jikalau benar apa yang terjadi seperti apa yang ada dalam berita itu, kami terutama aku sebagai pribadi, merasakan sakit dan kecewa, bahkan marah. Dunia pendidikan kembali tercoreng, atas perilaku mahasiswa yang tidak beradab, yang didukung dengan para pengajar yang tidak bertanggung jawab. Semestinya para dosen itu tidak hanya mengajar, mengejar proyek, jadi konsultan, mencari sampingan. Tugas mereka itu mendidik !!!!
Lalu apa sebenarnya efek "kemah bakti desa", orientasi maba, ospek, atau apapun namanya, untuk para mahasiswa baru ? Dengan beragam kekonyolan "tugas", kekerasan fisik dengan dalih disiplin dan menguatkan mental mahasiswa baru, yang di skenariokan para mahasiswa yang mengaku lebih senior ? Lantas apa mereka yang merasa lebih senior, telah berhasil disiplin ? Kuat mental ? Kuat fisik ? Tapi ternyata otak mereka kosong !!!!
Untukku, yang pernah menjadi mahasiswa, dan sekarang sudah bekerja, segala macam bentuk kegiatan itu tidak ada manfaatnya sama sekali. Sekeras-kerasnya aku bekerja, tidak lebih keras dari kegiatan para mahasiswa itu. Yang dibutuhkan pekerjaan adalah ilmu. Kecerdasan pola pikir dan manajemen. Bukan fisik.
Sungguh, saat ini mereka telah menjadi orang yang buta dan bodoh. Tidak pernah bisa belajar dari apa yang sudah terjadi.
Ingatlah para mahasiswa, kalian itu siswa yang maha. Sudah semestinya kalian mengolah pola pikir, bukan pola fisik. Belajarlah untuk malu, saat kalian sudah mulai disorot karena kemunduran berpikir dan berperilaku. Ubah cara kalian memandang sesuatu di lingkungan kalian. Bukan persoalan membalas dendam. Sudah saatnya kalian harus berani memotong mata rantai perilaku yang buruk di lingkungan kalian, termasuk perilaku yang biasa untuk mengospek para mahasiswa baru.
Dan bagi para dosen, fokuslah pada apa yang seharusnya kalian lakukan sebagai pendidik bukan sekedar pengajar. Banyak orang pintar dalam mengajar, tetapi hanya sedikit orang yang cerdas dalam mendidik.
Sesederhana itu, mestinya kita semua mampu melakukannya.
Dan urusan kita belumlah selesai...!!!!!
Dan untukmu, adikku, berbahagialah kamu di sana. Tenanglah, karena kami semua akan bisa menyelesaikan apa yang semestinya kamu dapatkan. Doaku selalu menyertaimu, dek Dias....
Senin, 25 November 2013
Untukmu, Guru...
Ibuku guru,
Budheku guru,
Mbah kakung ku guru,
Mbah putri ku guru,
maka darahku pun teraliri energi guru
Guru,
di gugu lan ditiru, begitu katanya
matur nuwun,
untuk semua guruku
di SD Bantarsoka 1 dan SD Karang Klesem 1 Purwokerto
di SMP 1 Purwokerto
di SMA 2 Purwokerto
di Planologi Undip
karena kalian semua telah mengajariku
untuk mencintai sekolah
untuk selalu belajar
bukan sekedar belajar matematika atau IPA
tapi mengajariku tentang makna hidup
yang mungkin dulu tidak pernah kupahami
namun saat ini lebih dari kupahami
tapi ku jalani...
dan yang terpenting,
matur nuwun tak terhingga
untuk guru-guruku di rumah
ibu ku, embah ku, budhe ku...
tak terhingga nilai hidup yang telah mereka ajarkan padaku
aku tak akan menjadi seperti ini
jika tanpa pembelajaran dari mereka
bimbingan dan doa mereka senantiasa menyertaiku
mereka adalah guru sejatiku...
terima kasih untukmu para guru ku...
Selamat Hari Guru...
dan aku ingin bisa menjadi sepertimu, Guru...
amin...
Budheku guru,
Mbah kakung ku guru,
Mbah putri ku guru,
maka darahku pun teraliri energi guru
Guru,
di gugu lan ditiru, begitu katanya
matur nuwun,
untuk semua guruku
di SD Bantarsoka 1 dan SD Karang Klesem 1 Purwokerto
di SMP 1 Purwokerto
di SMA 2 Purwokerto
di Planologi Undip
karena kalian semua telah mengajariku
untuk mencintai sekolah
untuk selalu belajar
bukan sekedar belajar matematika atau IPA
tapi mengajariku tentang makna hidup
yang mungkin dulu tidak pernah kupahami
namun saat ini lebih dari kupahami
tapi ku jalani...
dan yang terpenting,
matur nuwun tak terhingga
untuk guru-guruku di rumah
ibu ku, embah ku, budhe ku...
tak terhingga nilai hidup yang telah mereka ajarkan padaku
aku tak akan menjadi seperti ini
jika tanpa pembelajaran dari mereka
bimbingan dan doa mereka senantiasa menyertaiku
mereka adalah guru sejatiku...
terima kasih untukmu para guru ku...
Selamat Hari Guru...
dan aku ingin bisa menjadi sepertimu, Guru...
amin...
Jumat, 08 November 2013
Negara dagelan itu namanya Indonesia
Saat mendengar hebohnya pemberitaan dana pensiun untuk anggota dewan yang terhormat,
aku malah bengong. Bingung. Merasa bodoh.
Merasa miris dan sakit hati.
Tentulah seperti itu.
Bisa dibayangkan, di saat negara dalam kondisi tidak stabil,
banyak mereka disana yang membutuhkan kehidupan yang layak,
yang mestinya negara menjamin kehidupan mereka,
tiba-tiba seperti tanpa dosa dan tanpa malu,
anggota dewan akan dapat pensiun
mereka yang koruptor, mereka yang pemalas, mereka yang pembolos
mereka otomatis terjamin kehidupan mereka dengan dana pensiun
duuuhh.....ini negara apa ?
kethoprak ? dagelan ? sandiwara ? sinetron ?
dimana hati orang-orang ini ?
kemana akal sehat mereka itu ?
apakah mereka memang sekarang sudah tidak punya akal sehat ???
Ironis....
semacam teringat guyonan di Indonesia banget
"kalau belum makan nasi, itu namanya belum makan.
nanti sakit lho...!"
analoginya
"kalau belum korupsi, itu namanya belum hidup di Indonesia.
nanti sakit lho....!"
#Mari bernyanyi langgam sakit hati...
Rabu, 30 Oktober 2013
Pelajaran pagi ini...
Menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari hari kemarin,
di saat orang lain menyakiti dan menghina kita.
Maka jangan pernah sekalipun mengotori tangan dan lidah kita,
hanya untuk membalaskan apa yang telah orang lain perbuat kepada kita.
Sesakit apapun itu.
Segala hinaan, makian, cacian orang lain,
jadikan itu sebagai cambuk yang memacu kita,
untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Bangkit, dan tunjukkan kepada dia dan siapapun,
bahwa yang terjadi hari ini adalah ujian yang harus kita lalui,
untuk kita bisa "naik kelas" yang lebih tinggi.
Karena sesungguhnya, Tuhan memberikan ujian kepada kita,
karena Tuhan Maha Tahu kemampuan kita untuk melaluinya.
Maka jika kita membalaskan apa yang dia perbuat,
sama artinya kita menyerah pada ujian Tuhan.
Bukankah kita tidak ingin tinggal kelas kan ?
Dan kita tidak ingin kan mereka bertepuk tangan atas penderitaan kita ?
Suatu saat justru mereka lah yang akan lebih sakit dari kita hari ini.
Percayalah.
di saat orang lain menyakiti dan menghina kita.
Maka jangan pernah sekalipun mengotori tangan dan lidah kita,
hanya untuk membalaskan apa yang telah orang lain perbuat kepada kita.
Sesakit apapun itu.
Segala hinaan, makian, cacian orang lain,
jadikan itu sebagai cambuk yang memacu kita,
untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Bangkit, dan tunjukkan kepada dia dan siapapun,
bahwa yang terjadi hari ini adalah ujian yang harus kita lalui,
untuk kita bisa "naik kelas" yang lebih tinggi.
Karena sesungguhnya, Tuhan memberikan ujian kepada kita,
karena Tuhan Maha Tahu kemampuan kita untuk melaluinya.
Maka jika kita membalaskan apa yang dia perbuat,
sama artinya kita menyerah pada ujian Tuhan.
Bukankah kita tidak ingin tinggal kelas kan ?
Dan kita tidak ingin kan mereka bertepuk tangan atas penderitaan kita ?
Suatu saat justru mereka lah yang akan lebih sakit dari kita hari ini.
Percayalah.
Rabu, 23 Oktober 2013
tentang pin BB
semalam seorang kawan lama mengirim "watap" ke aku
dia kirim pin BB dan minta di invite
dan dengan jujur aku jawab aku tidak punya BB
dan saat dia menjawab lagi, kalau dia pakai andro (bukan android dia sebut),
ya tetap kujawab jujur, apalagi android, semakin jauh dari punya.
dan sepertinya kawanku ini heran berat
sampai dia tanya "lah kamu memangnya pake hp apa sih ???" *dengan 3 tanda tanya*
(watap itu tidak kubalas lagi)
hahahaha....
aku hanya bisa tertawa.
yang terutama menertawakan diriku sendiri.
saat hampir semua orang,sudah pakai BB dan "smartphone" andorid,
bahkan Zeba, anakku tidak kalah gaulnya pakai s***ng android.
aku masih saja bertahan dengan hp qwerty merk n***a lawas.
HP loh bukan BB apalagi Android.
hahahahahaha.....
kawanku ini bukan orang pertama dan mungkin bakalan bukan menjadi yang terakhir,
yang akan menanyakan soal pin BB atau android atau apapun lah sebutannya.
dan tetap aku akan menjawab aku tak pakai BB atau android, aku hanya pakai hp n***a lawas !
bukan aku tidak mengikuti perkembangan itu semua
bagiku, komunikasi itu bukan persoalan alatnya yang canggih dan terbaru.
bagiku, kebutuhan komunikasiku sampai saat ini tercukupi oleh hp-ku.
ketika aku harus berinteraksi dengan banyak informasi atau bekerja yang butuh koneksi internet,
aku pun tercukupi dengan peralatan yang kupunya. komputer dan laptop cukup.
hhhh...mungkin memang benar aku ketinggalan jaman.
tak punya pin BB pun tak masalah, tak resah dan gelisah.
tapi kenapa mesti share pin BB dan minta di invite kalau pakainya android ?
dia kirim pin BB dan minta di invite
dan dengan jujur aku jawab aku tidak punya BB
dan saat dia menjawab lagi, kalau dia pakai andro (bukan android dia sebut),
ya tetap kujawab jujur, apalagi android, semakin jauh dari punya.
dan sepertinya kawanku ini heran berat
sampai dia tanya "lah kamu memangnya pake hp apa sih ???" *dengan 3 tanda tanya*
(watap itu tidak kubalas lagi)
hahahaha....
aku hanya bisa tertawa.
yang terutama menertawakan diriku sendiri.
saat hampir semua orang,sudah pakai BB dan "smartphone" andorid,
bahkan Zeba, anakku tidak kalah gaulnya pakai s***ng android.
aku masih saja bertahan dengan hp qwerty merk n***a lawas.
HP loh bukan BB apalagi Android.
hahahahahaha.....
kawanku ini bukan orang pertama dan mungkin bakalan bukan menjadi yang terakhir,
yang akan menanyakan soal pin BB atau android atau apapun lah sebutannya.
dan tetap aku akan menjawab aku tak pakai BB atau android, aku hanya pakai hp n***a lawas !
bukan aku tidak mengikuti perkembangan itu semua
bagiku, komunikasi itu bukan persoalan alatnya yang canggih dan terbaru.
bagiku, kebutuhan komunikasiku sampai saat ini tercukupi oleh hp-ku.
ketika aku harus berinteraksi dengan banyak informasi atau bekerja yang butuh koneksi internet,
aku pun tercukupi dengan peralatan yang kupunya. komputer dan laptop cukup.
hhhh...mungkin memang benar aku ketinggalan jaman.
tak punya pin BB pun tak masalah, tak resah dan gelisah.
tapi kenapa mesti share pin BB dan minta di invite kalau pakainya android ?
Senin, 21 Oktober 2013
ini tentang istri
Setahun kemarin saat tak sengaja aku nonton tv, acara Prie GS yang menampilkan sosok Darmanto Jatman, yang saat itu sedang dalam keadaan sakit (semoga diberikan kekuatan selalu..), aku tergelitik dengan salah satu puisi beliau yang dibacakan oleh Ibu Darmanto, yang judulnya Istri.
Mungkin kondisi para istri jaman sekarang tidak sama dengan apa yang digambarkan oleh Darmanto Jatman. Tapi paling tidak, disinilah Darmanto sebagai laki-laki-suami menggambarkan seorang perempuan-istri yang luar biasa karena mampu melakukan banyak hal tanpa mengeluh.
Dan beliau memang sangat menghormati dan mencintai istrinya, bukan hanya di puisi.
Rasanya puisi ini memberikan senyawa lain untukku saat ini, Istri-mu.
Ku share saja puisi itu di sini.
ISTRI
Istri mesti digemateni
Ia sumber berkah dan rezeki
(Towikromo, Tambran, Pundong, Bantul)
Istri sangat penting untuk ngurus kita
Menyapu pekarangan
Memasak di dapur
Mencuci di sumur
Mengirim rantang ke sawah
dan ngerokin kita kalau kita masuk angin
Ya, Istri sangat penting untuk kita
Ia sisihan kita
kalau kita pergi kondangan
Ia tetimbangan kita
kalau kita mau jual palawija
Ia teman belakang kita
kalau kita lapar dan mau makan
Ia sigaraning nyawa kita
kalau kita...
Ia sakit kita!
Ah, lihatlah. Ia menjadi sama penting dengan
kerbau, luku, sawah, dan pohon kelapa
Ia kita cangkul di malam hari dan tak pernah ngeluh walaupun capek
Ia selalu rapih menyimpan benih yang kita tanamkan dengan rasa syukur, tahu rasa
terima kasih dan meninggikan harkat kita sebagai lelaki
Ia selalu memelihara ayam, itik, kambing, atau jagung
Ah. Ya. Istri sangat penting bagi kita justru ketika
kita mulai melupakannya
Seperti lidah ia di mulut kita
tak terasa
Seperti jantung ia di dada kita
tak teraba
Ya. Ya. Istri sangat penting bagi kita justru ketika
kita mulai melupakannya
Jadi waspadalah!
Tetep, madep, Manteb
Gemati, nastiti, ngati-ati
Supaya kita mandiri - perkasa dan pintar ngatur hidup
Tak tergantung tengkulak, pak dukuh, bekel atau lurah
Seperti Subadra bagi Arjuna
Makin jelita ia di antara maru-marunya
Seperti Arimbi bagi Bima
Jadilah ia jelita ketika melahirkan jabang Tetuka
Seperti Sawitri bagi Setyawan
Ia memelihara nyawa kita dari malapetaka
Ah. Ah. Ah.
Alangka pentingnya istri ketika kita mulai
melupakannya
Hormatilah istrimu
Seperti kau menghormati Dewi Sri
Sumber hidupmu
Makanlah
Karena memang demikianlah suratannya!
(Darmanto Jatman)
*kupetik dari blog dysaktisakti
Mungkin kondisi para istri jaman sekarang tidak sama dengan apa yang digambarkan oleh Darmanto Jatman. Tapi paling tidak, disinilah Darmanto sebagai laki-laki-suami menggambarkan seorang perempuan-istri yang luar biasa karena mampu melakukan banyak hal tanpa mengeluh.
Dan beliau memang sangat menghormati dan mencintai istrinya, bukan hanya di puisi.
Rasanya puisi ini memberikan senyawa lain untukku saat ini, Istri-mu.
Ku share saja puisi itu di sini.
ISTRI
Istri mesti digemateni
Ia sumber berkah dan rezeki
(Towikromo, Tambran, Pundong, Bantul)
Istri sangat penting untuk ngurus kita
Menyapu pekarangan
Memasak di dapur
Mencuci di sumur
Mengirim rantang ke sawah
dan ngerokin kita kalau kita masuk angin
Ya, Istri sangat penting untuk kita
Ia sisihan kita
kalau kita pergi kondangan
Ia tetimbangan kita
kalau kita mau jual palawija
Ia teman belakang kita
kalau kita lapar dan mau makan
Ia sigaraning nyawa kita
kalau kita...
Ia sakit kita!
Ah, lihatlah. Ia menjadi sama penting dengan
kerbau, luku, sawah, dan pohon kelapa
Ia kita cangkul di malam hari dan tak pernah ngeluh walaupun capek
Ia selalu rapih menyimpan benih yang kita tanamkan dengan rasa syukur, tahu rasa
terima kasih dan meninggikan harkat kita sebagai lelaki
Ia selalu memelihara ayam, itik, kambing, atau jagung
Ah. Ya. Istri sangat penting bagi kita justru ketika
kita mulai melupakannya
Seperti lidah ia di mulut kita
tak terasa
Seperti jantung ia di dada kita
tak teraba
Ya. Ya. Istri sangat penting bagi kita justru ketika
kita mulai melupakannya
Jadi waspadalah!
Tetep, madep, Manteb
Gemati, nastiti, ngati-ati
Supaya kita mandiri - perkasa dan pintar ngatur hidup
Tak tergantung tengkulak, pak dukuh, bekel atau lurah
Seperti Subadra bagi Arjuna
Makin jelita ia di antara maru-marunya
Seperti Arimbi bagi Bima
Jadilah ia jelita ketika melahirkan jabang Tetuka
Seperti Sawitri bagi Setyawan
Ia memelihara nyawa kita dari malapetaka
Ah. Ah. Ah.
Alangka pentingnya istri ketika kita mulai
melupakannya
Hormatilah istrimu
Seperti kau menghormati Dewi Sri
Sumber hidupmu
Makanlah
Karena memang demikianlah suratannya!
(Darmanto Jatman)
*kupetik dari blog dysaktisakti
Kamis, 17 Oktober 2013
Sakit Mas....
Sakit itu ya tetap sakit
Tidak lagi bisa ditutupi, sesakit itu ternyata
Air mata pun tidak mampu menepisnya
Tidak apa-apa
Ahhh..tapi aku bohong
Aku SAKIT !!!
Jujurlah saja
Supaya sakit itu lebih lengkap
Tak apa
Aku terima
Walaupun aku bohong !!!
Dia itu siapa ?
Tidak lagi bisa ditutupi, sesakit itu ternyata
Air mata pun tidak mampu menepisnya
Tidak apa-apa
Ahhh..tapi aku bohong
Aku SAKIT !!!
Jujurlah saja
Supaya sakit itu lebih lengkap
Tak apa
Aku terima
Walaupun aku bohong !!!
Dia itu siapa ?
Sabtu, 12 Oktober 2013
ini gambarannya....
DARI CATATAN SEORANG DEMONSTRAN
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
Taufik Ismail - 1966
JALAN SEGARA
Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
Ketika pawai bergerak
Dalam panas matahari
Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini
Ditembuskan ke pungung
Anak-anaknya sendiri
Taufik Ismail - 1966
Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
Ketika pawai bergerak
Dalam panas matahari
Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini
Ditembuskan ke pungung
Anak-anaknya sendiri
Taufik Ismail - 1966
Puisi itu aku suka.
Sebuah gambaran perjuangan sebagai "setitik debu" - begitu kusebut diriku.
Saat ketakutan harus dihadapkan pada kebenaran.
Saat kebenaran di balikkan dalam cadar kemunafikan.
Bukan tanpa alasan, tulisan itu membuatku terbakar. Untuk terus tanpa menyerah, menunjukkan sebuah sikap yang konsisten dan penuh risiko.
Kini era 2000an, namun Taufik Ismail di tahun 1966, telah mencambuk semangatku untuk tidak takut mempertahankan sikap saat ini.
Tetap berkarya dimanapun dan sampai kapanpun.
Walaupun mesiu terus di berondongkan ke kepalaku.
Jumat, 02 Agustus 2013
di siang tadi, di satu mall besar
di siang tadi, di satu mall besar
terlihat...
kasus 1 : saat seorang ibu marah ke anaknya, membentaknya dan menghardik dengan kata-kata yang tidak semestinya diucapkan seorang ibu. mungkin karena si ibu gerah melihat anaknya berulah, saat si ibu sedang "serius" memilih-milih baju lebaran. mungkin karena keributan si anak, jadi sangat mengganggu konsentrasi si ibu berbelanja baju lebaran.
kasus 2 : saat seorang bapak tiba-tiba memukul muka anak perempuannya, yang teriak dan merengek-rengek. si ibunya pun sedang asyik berbelanja, dan si bapak bertugas menjaga anaknya. dan anaknya pun akhirnya menangis.
menyedihkan.
akhirnya anak-anaklah yang menjadi korbannya lagi. kekerasan yang tidak semestinya terjadi, di saat mereka harusnya bersuka cita menyambut lebaran.
lalu apa sebenarnya esensi lebaran bagi mereka semua ? kalau yang kulihat, anak-anak yang menangis dan dengan wajah polosnya bertanya-tanya pada bapak ibunya, "apa salahku?".
marah ? pastilah marah ! tapi apa dayaku, belum banyak keberanianku untuk membela anak-anak itu. di keramaian. di tempat publik.
wahai para bapak dan ibu yang baik hati,
lebaran itu bukan cuma membeli baju baru untuk anak-anaknya loh. bukan cuma bersenang-senang dengan keberlimpahan makanan enak. bukan loh pak, bu ! lebaran itu saatnya memperbaiki diri, meningkatkan kebaikan diri. semuanya lebih kepada diri sendiri.
jangan cuma bisa menyakiti anak-anak, hanya karena keasikan belanjanya terganggu.
pulang saja pak, bu. istirahat di rumah saja. malah enak !!!
terlihat...
kasus 1 : saat seorang ibu marah ke anaknya, membentaknya dan menghardik dengan kata-kata yang tidak semestinya diucapkan seorang ibu. mungkin karena si ibu gerah melihat anaknya berulah, saat si ibu sedang "serius" memilih-milih baju lebaran. mungkin karena keributan si anak, jadi sangat mengganggu konsentrasi si ibu berbelanja baju lebaran.
kasus 2 : saat seorang bapak tiba-tiba memukul muka anak perempuannya, yang teriak dan merengek-rengek. si ibunya pun sedang asyik berbelanja, dan si bapak bertugas menjaga anaknya. dan anaknya pun akhirnya menangis.
menyedihkan.
akhirnya anak-anaklah yang menjadi korbannya lagi. kekerasan yang tidak semestinya terjadi, di saat mereka harusnya bersuka cita menyambut lebaran.
lalu apa sebenarnya esensi lebaran bagi mereka semua ? kalau yang kulihat, anak-anak yang menangis dan dengan wajah polosnya bertanya-tanya pada bapak ibunya, "apa salahku?".
marah ? pastilah marah ! tapi apa dayaku, belum banyak keberanianku untuk membela anak-anak itu. di keramaian. di tempat publik.
wahai para bapak dan ibu yang baik hati,
lebaran itu bukan cuma membeli baju baru untuk anak-anaknya loh. bukan cuma bersenang-senang dengan keberlimpahan makanan enak. bukan loh pak, bu ! lebaran itu saatnya memperbaiki diri, meningkatkan kebaikan diri. semuanya lebih kepada diri sendiri.
jangan cuma bisa menyakiti anak-anak, hanya karena keasikan belanjanya terganggu.
pulang saja pak, bu. istirahat di rumah saja. malah enak !!!
Rabu, 17 Juli 2013
era SDM...
katanya...
sekarang era SDM
eS De eM yang membuat galau
para "pejabat" ku
kupikir dia sedang berbincang serius
tentang SDM yang dibutuhkan
untuk membangun bangsa
yang kupikir SDM = sumber daya manusia
ternyata...
SDM katanya = Selamatkan Diri Masing-masing
(akronim yang sedikit memaksa)
walaupun ini kata"nya"
dan dia mengingkari dengan ucapannya yang seperti pasti
bahwa dia tak sedang berada pada arus itu,
tetapi
aku tetap melihat ada gelagat SDM pada diri"nya" pula
sebuah paranoia yang berlebihan
pangkal persoalan
bupati itu dipilih rakyat
bukan pejabat
walhasil...
mereka blingsatan
ketakutan kalau kursi mereka tercerabut
huh...
manusia tak ikhlas
manusia munafik
tukang topeng laku keras
bisa merubah wajah-wajah mereka
menjadi duryudana dan dursasana
aaahhh...mereka menjadi jahat
dan ironi
dia yang dulu sempat ku kagumi
ternyata adalah sengkuni !!!
hanya satu prinsip dalam hidupnya
"biarlah orang lain menderita asalkan hidupku bahagia"
munafik, licik, culas, arogan dan penuh tipu muslihat
dan aku menunggu seorang Bima...
sekarang era SDM
eS De eM yang membuat galau
para "pejabat" ku
kupikir dia sedang berbincang serius
tentang SDM yang dibutuhkan
untuk membangun bangsa
yang kupikir SDM = sumber daya manusia
ternyata...
SDM katanya = Selamatkan Diri Masing-masing
(akronim yang sedikit memaksa)
walaupun ini kata"nya"
dan dia mengingkari dengan ucapannya yang seperti pasti
bahwa dia tak sedang berada pada arus itu,
tetapi
aku tetap melihat ada gelagat SDM pada diri"nya" pula
sebuah paranoia yang berlebihan
pangkal persoalan
bupati itu dipilih rakyat
bukan pejabat
walhasil...
mereka blingsatan
ketakutan kalau kursi mereka tercerabut
huh...
manusia tak ikhlas
manusia munafik
tukang topeng laku keras
bisa merubah wajah-wajah mereka
menjadi duryudana dan dursasana
aaahhh...mereka menjadi jahat
dan ironi
dia yang dulu sempat ku kagumi
ternyata adalah sengkuni !!!
hanya satu prinsip dalam hidupnya
"biarlah orang lain menderita asalkan hidupku bahagia"
munafik, licik, culas, arogan dan penuh tipu muslihat
dan aku menunggu seorang Bima...
Selasa, 25 Juni 2013
Bekerja itu...
Bekerja itu...
semacam bentuk eksistensi diri.
harus dijalani dengan hati, ikhlas, tanpa pamrih (gaji itu hanya ikutan saja).
Bekerja itu...
harus loyal dan penuh tanggung jawab. suka atau tidak suka,
maka bekerja harus dilakukan dengan integritas tinggi (bukan berarti lupa waktu dan keluarga).
Bekerja itu...
untuk memenuhi permintaan tubuh. bekerja berarti menggerakkan seluruh anggota tubuh.
sekalipun sel darah dalam tubuh kita.
maka bekerja itu akan menyehatkan harfiahnya kita.
Bekerja itu...
adalah bentuk syukur pada Tuhan yang telah memberikan kemampuan ekstra pada manusia.
yang menjadikan kita mampu bekerja untuk mencipta dan berkarya.
Kalau setiap orang dapat memanfaatkan detik per detiknya untuk bekerja,
maka jam kerja tidak menjadi jam kantor belaka.
karena orang yang bekerja, tidak pernah menjadikan waktu sebagai batasan.
sepanjang waktu adalah milik kita
maka menjadi eksis dengan bekerja telah sepenuhnya dalam genggaman kita.
Selasa, 11 Juni 2013
kepada Tuhan
Tuhan....
Memang hanya Tuhan yang selalu ada untukku
Dengan tangan Nya yang penuh keagungan
Menjangkau relung jiwa ku yang terdalam
Merangkul setiap sel pikiranku yang terhalus
Tanpa lelah dan pamrih
Tuhan senantiasa mengasihiku
Tuhan... Engkaulah sahabat terbaikku
Engkaulah sandaran kesedihanku
Engkaulah penghapus air mataku
Dan Engkaulah pelukan kasihku
Maka Tuhan... jika boleh ku minta padaMu
Teruslah memelukku
Menghangatkanku
Mencerahkan jiwaku
Menggenggam erat tanganku
Mengasihiku selamanya
Hingga kelak kan ku menempati surgaMu
Tuhan...
Rinduku tak pernah mati
Rinduku selamanya dekat denganMu
Tuhan....
Malam ini aku pasrah padaMu....
Memang hanya Tuhan yang selalu ada untukku
Dengan tangan Nya yang penuh keagungan
Menjangkau relung jiwa ku yang terdalam
Merangkul setiap sel pikiranku yang terhalus
Tanpa lelah dan pamrih
Tuhan senantiasa mengasihiku
Tuhan... Engkaulah sahabat terbaikku
Engkaulah sandaran kesedihanku
Engkaulah penghapus air mataku
Dan Engkaulah pelukan kasihku
Maka Tuhan... jika boleh ku minta padaMu
Teruslah memelukku
Menghangatkanku
Mencerahkan jiwaku
Menggenggam erat tanganku
Mengasihiku selamanya
Hingga kelak kan ku menempati surgaMu
Tuhan...
Rinduku tak pernah mati
Rinduku selamanya dekat denganMu
Tuhan....
Malam ini aku pasrah padaMu....
Senin, 13 Mei 2013
stop ekploitasi waktu !
Hai..
Stop...Stop...
Berhenti !!!
Waktu bekerjamu sudah habis. Segeralah berbenah dan kembalilah ke rumah.
Jangan ada lagi model bekerja yang berlebihan seperti ini.
Aku tidak ingin menjadi penjarah waktu kalian.
Aku tidak mau menjadi eksploitator tenaga kalian.
Dan kalian bukan buruh bayaran_ku, yang kumanfaatkan untuk menyelamatkan kursi basahku.
Kalian manusia biasa.
Kalian harus berbahagia dengan waktu kalian.
Berhenti...!!!!
Keluargamu sudah menanti.
Segeralah pulang.
Sebelum aku berteriak lebih kencang.
Stop...Stop...
Berhenti !!!
Waktu bekerjamu sudah habis. Segeralah berbenah dan kembalilah ke rumah.
Jangan ada lagi model bekerja yang berlebihan seperti ini.
Aku tidak ingin menjadi penjarah waktu kalian.
Aku tidak mau menjadi eksploitator tenaga kalian.
Dan kalian bukan buruh bayaran_ku, yang kumanfaatkan untuk menyelamatkan kursi basahku.
Kalian manusia biasa.
Kalian harus berbahagia dengan waktu kalian.
Berhenti...!!!!
Keluargamu sudah menanti.
Segeralah pulang.
Sebelum aku berteriak lebih kencang.
Being a boss or a leader ?
Sebuah pertanyaan yang kerap muncul saat ku sedang menghadapi tekanan pekerjaan di kantor.
Kira-kira begini gambarannya. Seorang pemimpin atau leader akan berdiri di depan stafnya atau pekerjanya saat harus menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sehingga, seorang leader memikul sama berat tanggung jawab yang dibebankan kepada dirinya dan seluruh jajaraannya.
Tetapi sebaliknya, seorang bos atau pimpinan akan menempatkan dirinya di atas bawahannya, yang artinya pasti terjadi tindakan memerintah dari bos ke bawahannya. Dia hanya bisa berteriak, marah, memerintah, tanpa dia bisa melakukan apa yang semestinya dia lakukan. Dia bebankan seluruh pekerjaan kepada bawahannya. Dan ironisnya, dia akan menempatkan dirinya di belakang punggung para bawahannya.
Begitulah kira-kira yang terjadi, dalam siklus birokrasi saat ini. Dimana yang terbentuk adalah pimpinan dan bawahan. Seorang yang memerintah dan yang diperintah. Dan bodohnya, yang diperintah kebanyakan adalah anak-anak muda, yang semestinya punya kreativitas tinggi dan idealisme bekerja. Mereka para pimpinan hanyalah orang-orang tua, yang sudah bertahun-tahun berada pada zona nyaman pada kekuasaannya. Yang hidupnya penuh ketakutan akan kehilangan kuasa dan jabatannya. Sungguh menyedihkan. Bahkan cenderung memuakkan.
Apakah mereka tidak pernah mau belajar menyadari, sekedar belajar untuk mengerti, bahwa mereka harus berubah bersama dunia ? Generasi tua birokrasi yang mematikan idealisme anak bangsa. Mereka tempatkan anak-anak muda sebagai robot dan boneka, yang mampunya hanya diperintah dan menunggu perintah. Ironis.
Aku hampir mengalaminya. Tapi kurasa, aku telah memilih jalan yang berbeda.
Aku hanya berharap ada perubahan pada saatnya nanti. Satu perubahan besar, dimana anak-anak muda tidak lagi terjebak dalam zona "nyaman". Butuh perubahan atmosfer. Butuh perubahan pemimpin. Butuh perubahan semangat untuk semua.
Yang diperlukan saat ini adalah seorang "leader" bukan seorang "boss". Itu saja cukup untukku.
Kira-kira begini gambarannya. Seorang pemimpin atau leader akan berdiri di depan stafnya atau pekerjanya saat harus menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sehingga, seorang leader memikul sama berat tanggung jawab yang dibebankan kepada dirinya dan seluruh jajaraannya.
Tetapi sebaliknya, seorang bos atau pimpinan akan menempatkan dirinya di atas bawahannya, yang artinya pasti terjadi tindakan memerintah dari bos ke bawahannya. Dia hanya bisa berteriak, marah, memerintah, tanpa dia bisa melakukan apa yang semestinya dia lakukan. Dia bebankan seluruh pekerjaan kepada bawahannya. Dan ironisnya, dia akan menempatkan dirinya di belakang punggung para bawahannya.
Begitulah kira-kira yang terjadi, dalam siklus birokrasi saat ini. Dimana yang terbentuk adalah pimpinan dan bawahan. Seorang yang memerintah dan yang diperintah. Dan bodohnya, yang diperintah kebanyakan adalah anak-anak muda, yang semestinya punya kreativitas tinggi dan idealisme bekerja. Mereka para pimpinan hanyalah orang-orang tua, yang sudah bertahun-tahun berada pada zona nyaman pada kekuasaannya. Yang hidupnya penuh ketakutan akan kehilangan kuasa dan jabatannya. Sungguh menyedihkan. Bahkan cenderung memuakkan.
Apakah mereka tidak pernah mau belajar menyadari, sekedar belajar untuk mengerti, bahwa mereka harus berubah bersama dunia ? Generasi tua birokrasi yang mematikan idealisme anak bangsa. Mereka tempatkan anak-anak muda sebagai robot dan boneka, yang mampunya hanya diperintah dan menunggu perintah. Ironis.
Aku hampir mengalaminya. Tapi kurasa, aku telah memilih jalan yang berbeda.
Aku hanya berharap ada perubahan pada saatnya nanti. Satu perubahan besar, dimana anak-anak muda tidak lagi terjebak dalam zona "nyaman". Butuh perubahan atmosfer. Butuh perubahan pemimpin. Butuh perubahan semangat untuk semua.
Yang diperlukan saat ini adalah seorang "leader" bukan seorang "boss". Itu saja cukup untukku.
Senin, 22 April 2013
22 april
#Hari Bumi
Banyak selebrasi. Banyak aksi.
Yang mencoba membuat kita semua teringat bahwa hari ini adalah HARI BUMI.
Aku pun sebenarnya hampir lupa, kalau Zeba tidak menyebutkan ada acara di sekolahnya hari ini untuk memperingati Hari Bumi. Sekolah zeba meminta semua anak-anak untuk membawa tanaman hias ke sekolahnya atau uang 5000 sebagai gantinya kalau tidak bawa tanamannya (aku memilih opsi yang kedua karena tidak ada waktu luang untuk mencari tanaman hias Zeba).
Hari ini mestinya bukan untuk selebrasi maupun sekedar aksi. Aku sempat melihat aksi di depan Lawang Sewu sore tadi. Aksi untuk "menyelamatkan bumi" yang dilakukan oleh anak-anak muda yang aku tidak tahu dari mana mereka (sepertinya mahasiswa yang berjaket merah). Aku menghargai mereka. Tapi aku juga prihatin dengan mereka. Karena mungkin pun mereka sama denganku, hanya bisa melakukan aksi dan selebrasi untuk Hari Bumi. Tetapi masih jauh untuk mengimplementasikan aksi yang sebenarnya untuk menyelamatkan bumi.
Hari ini mungkin aku masih bisa berdalih, karena hari ini aku menggunakan transportasi massal andalan alias BRT (Bus Rapid Transit), dari kantor. Sedikit lah aku bangga hati, sementara sehari-hari aku memanfaatkan kendaraanku sebagai alat transportasiku ke kantor. Paling tidak aku berandil positif hari ini untuk bumi ku yang sedang di selebrasi oleh seluruh penduduk bumi ini.
Itulah yang kusebut sebagai Hari Bumi, yang bukan sekedar selebrasi ataupun aksi.
Bumi ini semakin renta. Maka kita manusia seharusnya lah lebih cerdas untuk dapat menciptakan harmoni bersama bumi. Karena kita masih punya anak cucu, the next generation, yang butuh bumi sebagai tempat berpijaknya.
Seperti sekolah zeba hari ini yang mengajak anak-anak untuk "Sehari Tanpa Sampah". Sederhana tapi cukup berarti untuk mengajari anak-anak tentang pentingnya menyelamatkan bumi. Dari hal yang paling kecil, hingga kelak mereka akan paham hal-hal besar yang harus mereka jaga pada bumi ini.
Maka mari semua, bagi kita yang masih peduli pada bumi dan anak cucu kita, lakukan hal yang nyata untuk kita semua. Hidup tanpa asap rokok, gunakan angkutan umum untuk kita mobile, gunakan recycle bag untuk berbelanja, simpanlah sampah di tempatnya (kalaupun tidak menemukannya, masukan dia di kantong celanamu atau tasmu), tanamlah pohon di halaman rumahmu, dan banyak lagi yang bisa dilakukan oleh kita (itu semua kulakukan, teman).
Jadi, jika tidak kita mulai dari sekarang, dan memberikan contoh untuk anak-anak kita, siapa lagi yang akan peduli. Maka, jadikanlah Hari Bumi bukan hanya hari selebrasi ataupun aksi.
Jadikan Hari Bumi menjadi mesin pengingat untuk kita semua.
Bahwa bumi kita semakin renta. Jagalah bumi. Peliharalah bumi.
Agar kita tetap bisa bermain di atasnya. Agar kita tetap bisa mencipta harmoni bersamanya.
Selamat hari bumi_ku
Banyak selebrasi. Banyak aksi.
Yang mencoba membuat kita semua teringat bahwa hari ini adalah HARI BUMI.
Aku pun sebenarnya hampir lupa, kalau Zeba tidak menyebutkan ada acara di sekolahnya hari ini untuk memperingati Hari Bumi. Sekolah zeba meminta semua anak-anak untuk membawa tanaman hias ke sekolahnya atau uang 5000 sebagai gantinya kalau tidak bawa tanamannya (aku memilih opsi yang kedua karena tidak ada waktu luang untuk mencari tanaman hias Zeba).
Hari ini mestinya bukan untuk selebrasi maupun sekedar aksi. Aku sempat melihat aksi di depan Lawang Sewu sore tadi. Aksi untuk "menyelamatkan bumi" yang dilakukan oleh anak-anak muda yang aku tidak tahu dari mana mereka (sepertinya mahasiswa yang berjaket merah). Aku menghargai mereka. Tapi aku juga prihatin dengan mereka. Karena mungkin pun mereka sama denganku, hanya bisa melakukan aksi dan selebrasi untuk Hari Bumi. Tetapi masih jauh untuk mengimplementasikan aksi yang sebenarnya untuk menyelamatkan bumi.
Hari ini mungkin aku masih bisa berdalih, karena hari ini aku menggunakan transportasi massal andalan alias BRT (Bus Rapid Transit), dari kantor. Sedikit lah aku bangga hati, sementara sehari-hari aku memanfaatkan kendaraanku sebagai alat transportasiku ke kantor. Paling tidak aku berandil positif hari ini untuk bumi ku yang sedang di selebrasi oleh seluruh penduduk bumi ini.
Itulah yang kusebut sebagai Hari Bumi, yang bukan sekedar selebrasi ataupun aksi.
Bumi ini semakin renta. Maka kita manusia seharusnya lah lebih cerdas untuk dapat menciptakan harmoni bersama bumi. Karena kita masih punya anak cucu, the next generation, yang butuh bumi sebagai tempat berpijaknya.
Seperti sekolah zeba hari ini yang mengajak anak-anak untuk "Sehari Tanpa Sampah". Sederhana tapi cukup berarti untuk mengajari anak-anak tentang pentingnya menyelamatkan bumi. Dari hal yang paling kecil, hingga kelak mereka akan paham hal-hal besar yang harus mereka jaga pada bumi ini.
Maka mari semua, bagi kita yang masih peduli pada bumi dan anak cucu kita, lakukan hal yang nyata untuk kita semua. Hidup tanpa asap rokok, gunakan angkutan umum untuk kita mobile, gunakan recycle bag untuk berbelanja, simpanlah sampah di tempatnya (kalaupun tidak menemukannya, masukan dia di kantong celanamu atau tasmu), tanamlah pohon di halaman rumahmu, dan banyak lagi yang bisa dilakukan oleh kita (itu semua kulakukan, teman).
Jadi, jika tidak kita mulai dari sekarang, dan memberikan contoh untuk anak-anak kita, siapa lagi yang akan peduli. Maka, jadikanlah Hari Bumi bukan hanya hari selebrasi ataupun aksi.
Jadikan Hari Bumi menjadi mesin pengingat untuk kita semua.
Bahwa bumi kita semakin renta. Jagalah bumi. Peliharalah bumi.
Agar kita tetap bisa bermain di atasnya. Agar kita tetap bisa mencipta harmoni bersamanya.
Selamat hari bumi_ku
Jumat, 19 April 2013
introducing my family
Here's my son
Sumber inspirasiku.
ZAPA itu Zebadia Akbar Putra Alam.
Setiap apa yang kupunya, kunamai ZAPA.
Kupunya kumpulan buku di rumah, kunamai ZAPA Library. Kupernah punya ZAPA Tour. Blog ini pun terinspirasi namanya, Jendela ZAPA.
Yaaa...he's my son. Now he's 8 years old. Sekolah sudah kelas 3 di SD Al Azhar 14. Prestasinya biasa saja, tidak terlalu istimewa tapi cukup menyenangkanku. Karena memang aku tidak pernah memaksakan dia untuk mendapatkan nilai bagus, dan memaksa berkompetisi dengan kawan-kawannya di sekolah. I'm not every mom...
Dari kecil sampai sekarang, makanan yang selalu dia pilih kalau ku ajak makan di warung, di restoran, di mall, di manapun, adalah NASI GORENG, lengkap dengan es teh nya. Sajian sederhana dan murah meriah.

I do really love my son...still the one and only son in my life...
this introduction
this is my introduction to worldwide
disini semacam sistem limbik yang bekerja
segala emosi, perasaan, ide, pemikiran, pembelajaran
detak jantung, hirupan nafas, denyut nadi
cinta dan kejujuran
semua akan bergulir disini
pada satu jendela zapa
dariku untukmu
dan darimu untuk semua
Langganan:
Postingan (Atom)