Senin, 13 Mei 2013

stop ekploitasi waktu !

Hai..

Stop...Stop...

Berhenti !!!

Waktu bekerjamu sudah habis. Segeralah berbenah dan kembalilah ke rumah.
Jangan ada lagi model bekerja yang berlebihan seperti ini.

Aku tidak ingin menjadi  penjarah waktu kalian.
Aku tidak mau menjadi eksploitator tenaga kalian.
Dan kalian bukan buruh bayaran_ku, yang kumanfaatkan untuk menyelamatkan kursi basahku.
Kalian manusia biasa.
Kalian harus berbahagia dengan waktu kalian.

Berhenti...!!!!
Keluargamu sudah menanti.

Segeralah pulang.
Sebelum aku berteriak lebih kencang.

Being a boss or a leader ?

Sebuah pertanyaan yang kerap muncul saat ku sedang menghadapi tekanan pekerjaan di kantor.


Kira-kira begini gambarannya. Seorang pemimpin atau leader akan berdiri di depan stafnya atau pekerjanya saat harus menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sehingga, seorang leader memikul sama berat tanggung jawab yang dibebankan kepada dirinya dan seluruh jajaraannya. 

Tetapi sebaliknya, seorang bos atau pimpinan akan menempatkan dirinya di atas bawahannya, yang artinya pasti terjadi tindakan memerintah dari bos ke bawahannya. Dia hanya bisa berteriak, marah, memerintah, tanpa dia bisa melakukan apa yang semestinya dia lakukan. Dia bebankan seluruh pekerjaan kepada bawahannya. Dan ironisnya, dia akan menempatkan dirinya di belakang punggung para bawahannya.

Begitulah kira-kira yang terjadi, dalam siklus birokrasi saat ini. Dimana yang terbentuk adalah pimpinan dan bawahan. Seorang yang memerintah dan yang diperintah. Dan bodohnya, yang diperintah kebanyakan adalah anak-anak muda, yang semestinya punya kreativitas tinggi dan idealisme bekerja. Mereka para pimpinan hanyalah orang-orang tua, yang sudah bertahun-tahun berada pada zona nyaman pada kekuasaannya. Yang hidupnya penuh ketakutan akan kehilangan kuasa dan jabatannya. Sungguh menyedihkan. Bahkan cenderung memuakkan.

Apakah mereka tidak pernah mau belajar menyadari, sekedar belajar untuk mengerti, bahwa mereka harus berubah bersama dunia ? Generasi tua birokrasi yang mematikan idealisme anak bangsa. Mereka tempatkan anak-anak muda sebagai robot dan boneka, yang mampunya hanya diperintah dan menunggu perintah. Ironis.

Aku hampir mengalaminya. Tapi kurasa, aku telah memilih jalan yang berbeda.
Aku hanya berharap ada perubahan pada saatnya nanti. Satu perubahan besar, dimana anak-anak muda tidak lagi terjebak dalam zona "nyaman". Butuh perubahan atmosfer. Butuh perubahan pemimpin. Butuh perubahan semangat untuk semua.

Yang diperlukan saat ini adalah seorang "leader" bukan seorang "boss". Itu saja cukup untukku.