Jumat, 29 November 2013

Urusan Kita Belum Selesai....!!!

Tidak terasa telah lebih dari 40 hari, sejak 12 Oktober, adikku, tepatnya adik sepupu suamiku, meninggalkan ku dan keluarga besarku selamanya.
Dia Fikri Dolasmantya Surya, biasa kami panggil Dias.
Dia anak baik, Insya Allah, tempat terbaik di sisi Allah akan dia dapatkan. Amiin...

Tetapi kami semua kehilangannya.
Terutama Om Cing dan Bibi Us, yang kehilangan putra satu-satunya, di saat usianya yang masih teramat muda. Semoga mereka diberikan keikhlasan yang terluas dengan ujian yang berat ini. Amin...

Dan selama ini aku dan keluargaku diam.
Diam kami, karena kami ingin hati kami tenang dan belajar tentang keikhlasan menerima kepergian adik kami. Selama ini kami memupus semua pertanyaan yang tersisa dalam otak kami, tentang apa yang sebenenarnya terjadi saat itu. Kami mencoba untuk tetap meyakinkan diri kami dan semua pihak yang mempertanyakan peristiwa itu, bahwa yang terjadi adalah takdir semata, yang tidak perlu diperdebatkan lagi.

Tetapi kenapa saat kami telah mulai tenang dan ikhlas diantara kegundahan kami, tiba-tiba kami tersentak dan akhirnya memutar memori pedih tentang Dias kembali, setelah ada berita di satu media online, seputarmalang.com, 27 november kemarin.

Satu pertanyaan dan permintaan besar kami, kepada seluruh civitas akademika planologi ITN Malang, jawab kami dengan jujur, apa yang sebenarnya terjadi dengan adik kami ? Apa sebenarnya yang terjadi saat kalian melakukan kegiatan "Kemah Bakti Desa" untuk mahasiswa baru seperti adik kami ? Itu saja !!!

Berita itu menyakitkan kami. Berita itu menguak kembali luka hati kami.
Berita itu membuat kami harus berusaha keras untuk tetap mendinginkan kepala.

Jikalau benar apa yang terjadi seperti apa yang ada dalam berita itu, kami terutama aku sebagai pribadi, merasakan sakit dan kecewa, bahkan marah. Dunia pendidikan kembali tercoreng, atas perilaku mahasiswa yang tidak beradab, yang didukung dengan para pengajar yang tidak bertanggung jawab. Semestinya para dosen itu tidak hanya mengajar, mengejar proyek, jadi konsultan, mencari sampingan. Tugas mereka itu mendidik !!!!

Lalu apa sebenarnya efek "kemah bakti desa", orientasi maba, ospek, atau apapun namanya, untuk para mahasiswa baru ? Dengan beragam kekonyolan "tugas", kekerasan fisik dengan dalih disiplin dan menguatkan mental mahasiswa baru, yang di skenariokan para mahasiswa yang mengaku lebih senior ? Lantas apa mereka yang merasa lebih senior, telah berhasil disiplin ? Kuat mental ? Kuat fisik ? Tapi ternyata otak mereka kosong !!!!

Untukku, yang pernah menjadi mahasiswa, dan sekarang sudah bekerja, segala macam bentuk kegiatan itu tidak ada manfaatnya sama sekali. Sekeras-kerasnya aku bekerja, tidak lebih keras dari kegiatan para mahasiswa itu. Yang dibutuhkan pekerjaan adalah ilmu. Kecerdasan pola pikir dan manajemen. Bukan fisik.
Sungguh, saat ini mereka telah menjadi orang yang buta dan bodoh. Tidak pernah bisa belajar dari apa yang sudah terjadi.

Ingatlah para mahasiswa, kalian itu siswa yang maha. Sudah semestinya kalian mengolah pola pikir, bukan pola fisik. Belajarlah untuk malu, saat kalian sudah mulai disorot karena kemunduran berpikir dan berperilaku. Ubah cara kalian memandang sesuatu di lingkungan kalian. Bukan persoalan membalas dendam. Sudah saatnya kalian harus berani memotong mata rantai perilaku yang buruk di lingkungan kalian, termasuk perilaku yang biasa untuk mengospek para mahasiswa baru.

Dan bagi para dosen, fokuslah pada apa yang seharusnya kalian lakukan sebagai pendidik bukan sekedar pengajar. Banyak orang pintar dalam mengajar, tetapi hanya sedikit orang yang cerdas dalam mendidik.
Sesederhana itu, mestinya kita semua mampu melakukannya.

Dan urusan kita belumlah selesai...!!!!!

Dan untukmu, adikku, berbahagialah kamu di sana. Tenanglah, karena kami semua akan bisa menyelesaikan apa yang semestinya kamu dapatkan. Doaku selalu menyertaimu, dek Dias....

Senin, 25 November 2013

Untukmu, Guru...

Ibuku guru,
Budheku guru,
Mbah kakung ku guru,
Mbah putri ku guru,
maka darahku pun teraliri energi guru

Guru,
di gugu lan ditiru, begitu katanya

matur nuwun,
untuk semua guruku
di SD Bantarsoka 1 dan SD Karang Klesem 1 Purwokerto
di SMP 1 Purwokerto
di SMA 2 Purwokerto
di Planologi Undip
karena kalian semua telah mengajariku
untuk mencintai sekolah
untuk selalu belajar
bukan sekedar belajar matematika atau IPA
tapi mengajariku tentang makna hidup
yang mungkin dulu tidak pernah kupahami
namun saat ini lebih dari kupahami
tapi ku jalani...

dan yang terpenting,
matur nuwun tak terhingga
untuk guru-guruku di rumah
ibu ku, embah ku, budhe ku...
tak terhingga nilai hidup yang telah mereka ajarkan padaku
aku tak akan menjadi seperti ini
jika tanpa pembelajaran dari mereka
bimbingan dan doa mereka senantiasa menyertaiku
mereka adalah guru sejatiku...

terima kasih untukmu para guru ku...
Selamat Hari Guru...

dan aku ingin bisa menjadi sepertimu, Guru...
amin...

Jumat, 08 November 2013

Negara dagelan itu namanya Indonesia


Saat mendengar hebohnya pemberitaan dana pensiun untuk anggota dewan yang terhormat, 
aku malah bengong. Bingung. Merasa bodoh. 
Merasa miris dan sakit hati.

Tentulah seperti itu. 
Bisa dibayangkan, di saat negara dalam kondisi tidak stabil, 
banyak mereka disana yang membutuhkan kehidupan yang layak,
yang mestinya negara menjamin kehidupan mereka,
tiba-tiba seperti tanpa dosa dan tanpa malu,
anggota dewan akan dapat pensiun
mereka yang koruptor, mereka yang pemalas, mereka yang pembolos
mereka otomatis terjamin kehidupan mereka dengan dana pensiun

duuuhh.....ini negara apa ?
kethoprak ? dagelan ? sandiwara ? sinetron ?
dimana hati orang-orang ini ?
kemana akal sehat mereka itu ?
apakah mereka memang sekarang sudah tidak punya akal sehat ???
Ironis....

semacam teringat guyonan di Indonesia banget
"kalau belum makan nasi, itu namanya belum makan.
nanti sakit lho...!"
analoginya
"kalau belum korupsi, itu namanya belum hidup di Indonesia.
nanti sakit lho....!"

#Mari bernyanyi langgam sakit hati...